Isi tabung elpiji 3 kilogram (kg) dikeluhkan warga. Diduga isi tabung elpiji bersubsidi tersebut tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya.
Salah warga RT 3 RW IV Desa Bulungan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Jepara, Adriyana Faizati menduga tabung elpiji melon yang beredar di sekitar tempat tinggalnya lebih banyak berisi udara dibanding gas. Indikasinya saat regulator akan dipasang, terdapat semacam tekanan dari dalam tabung. Sehingga regulator tersebut tidak bisa dipasangkan ke tabung tersebut. Namun tekanan itu akan hilang saat udara itu dibuang terlebih dulu dengan cara bagian atas tabung yang bentuknya mirip “pentil” disentuh dengan paku atau yang sejenis hingga terdengar suara desisan. Langkah tersebut harus dilakukan hingga beberapa kali sampai udara tersebut hilang dan tinggal gas yang ada di dalam tabung.
“Jadi caranya seperti kalau kita menggembosi ban. Kalau sudah keluar regulator pun bisa dipasang dan tidak ada tekanan lagi dari dalam tabung,” kata Faizati kemarin.
Keluhan serupa juga diungkapkan warga RT 2 RW IV Desa Bulungan, Afida. Langkah membuang udara itu selalu dilakukannya tiap kali mengganti tabung elpiji 3 kg. Selain soal kemungkinan adanya udara tersebut, Afida juga mengeluhkan isi tabung elpiji 3 kg yang belakangan cepat habis.
Biasanya, untuk pemakaian normal, tabung elpiji 3 kg yang digunakannya habis dalam kurun waktu sekitar tiga pekan lamanya. Namun sekarang ini, kurang dari 20 hari isi tabung tersebut sudah habis.
“Apa karena udara itu dibuang terus isi tabung berkurang. Atau jangan-jangan memang isi gasnya yang tidak ada 3 kg?” tanya Afida.
Supervisor Agen Elpiji 3 Kg PT Koes Putro Negoro Jepara, Nano mengatakan kecil kemungkinan isi tabung 3 kg tidak sesuai dengan takarannya. Sebab pengisian tabung elpiji melalui serangkaian prosedur. Proses pengisian juga menggunakan alat tertentu yang bisa mengukur secara pasti isi gas dalam tabung tersebut.
Sedang soal kemungkinan adanya udara yang bercampur dalam tabung tersebut, Nano mengatakan pada dasarnya isi elpiji memang berupa udara. Praktis, jika isi tabung tersebut dikeluarkan maka secara otomatis juga akan mengurangi gas dalam tabung tersebut.
“Gas itu memang berupa udara dalam tabung itu. Kalau soal takaran saya yakin sudah sesuai dengan aturan,” jelasnya.
Soal keluhan isi tabung elpiji 3 kg yang cepat habis, menurut Nano hal itu tergantung tingkat pemakaian. Semakin tinggi intensitas pemakaian maka akan cepat habis pula isi gas tersebut.
“Mungkin sebelumnya tabungnya hanya digunakan untuk memasak air atau masakan sehari sekali. Kalau sekarang sehari masak dua atau tiga kali wajar jika cepat habis,” ujarnya.
Semantara itu, Kasubag Perekonomian Daerah pada Bagian Perekonomian Setda Jepara, Sidik Yanutriyoto mengatakan ada sejumlah kemungkinan soal dugaan berkurangnya isi tabung elpiji 3 kg tersebut. Namun ia yakin jika tidak ada pengurangan isi tabung elpiji melon tersebut.
Ia menduga warga salah memahami “gejala” isi tabung gas tersebut. Sebab sifat gas memang bisa berubah. Saat musim dingin gas akan mengurangi tekanan sehingga seolah-olah timbangannya kurang.
Kasus seperti ini pernah ditemui Sidik saat musim hujan berkepanjangan beberapa waktu lalu. Saat itu, warga yang daerahnya kebanjiran mengeluhkan soal dugaan berkurangnya isi tabung elpiji 3 kg miliknya. Namun setelah dicek ternyata isi tabung tersebut tetap sesuai takaran yakni 3 kg.
“Meski begitu kita akan tetap cek laporan warga ini. Kami akan turun langsung ke lapangan untuk memastikan benar tidaknya laporan ini,” tandasnya.