JEPARA – Desa Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari dicanakan bupati Jepara dijadikan sentra gebyok ukir Jepara.
Hal itu diungkapkan Bupati Jepara Akhmad Marzuqi saat berkunjung ke Desa Blimbingrejo bersama pimpinan organisasi perangkat daerah, Selasa (30/10).
Pihaknya mengaku, dengan adanya pencanangan Desa Blimbingrejo sebagai sentra gebyok ukir Jepara ini, menjadikan bagian dari upaya mempertahankan budaya ukir di Bumi Kartini.
” Kami minta warga terus menekuni dan mengembangkan usaha gebyok ukir berbahan kayu jati ini. Mari kita jaga agar produk budaya ini, supaya tidak diklaim orang lain,” ungkap Marzuqi.
Pihaknya mencontohkan adanya permintaan tertulis dari Malaysia yang berisi pengiriman tenaga ahli ukir dari Jepara ke negara tersebut. Setelahnya, salah satu menteri dari Malaysia datang ke Jepara.
“Tapi tetap kami tolak. Kalau warga mereka datang belajar ke Jepara, silakan,” katanya.
Pencanangan Desa Blimbimgrejo sebagi sentra gebyok ukir disambut positif pelaku usaha didesa setempat. Pasalnya, hal tersebut bisa menjadikan momentum untuk meningkatkan promosi kerajinan gebyok ukir Jepara.
Saat ini, terdapat sekitar 126 seniman perajin gebyok ukir di Desa Blimbingrejo. Dan rata – rata mereka adalah warga desa setempat. Setiap hari mereka berproduksi dan minimal melakukan satu truck pengiriman genyok ukir keberbagai daerah.
“Saya perkirakan sekitar 20 set per truk,” kata Camat Nalumsari Muh Taksin.
Sementara itu Kepala Disperindag Ratib Zaini mengungkapkan, setelah sebelumnya ada sentra Patung Mulyoharjo, sentra relief Senenan, dan sejumlah sentra lainnya, Desa Blimbingrejo menjadi desa kesepuluh yang ditetapkan sebagai sentra kerajinan di Jepara.
” Dari desa ini, setiap bulan setidaknya terdapat 600-an set gebyok yang terjual ke luar. Selain ke Bali, pasar lokal industri ini di antaranya ke Purwodadi, Semarang, dan Solo, ” jelasnya.