JEPARA – Jumlah Parijoto yang ada di Desa Tempur, Kecamatan Keling masih banyak terdapat di hutan liar. Bahkan, sejak dulu banyak warga yang menjual buah tersebut kepada warga Kudus.
Jun, salah satu warga Dukuh Duplak, Desa Tempur mengatakan bahwa pada tahun 2002 sampai 2005, banyak warga di sekitarnya yang menjual buah dan pohon Parijoto kepada orang Kudus. Waktu itu, masyarakat setempat belum begitu paham nilai ekonomis dari buah tersebut.
”Dulu banyak orang Kudus yang beli Parijoto ke sini. Ada yang dari Colo. Ada yang dari Rahtawu,” kata dia.
Salah satu petani Parijoto, Rusmin Nuryakin juga menyatakan hal serupa. Tidak hanya pada masa lalu saja. Tetapi hingga kini masih banyak warga yang menjual buah Parijoto kepada orang Kudus. Salah satu alasannya yaitu warga setempat belum bisa mengolah Parijoto menjadi beragam menu. Seperti sirup Parijoto yang lazim ditemui di Colo, Kudus.
Sejak tahun 2015, Rusmin mulai membudidayakan Parijoto. Bibitnya dia dapatkan dari hutan liar sekitar desanya. ”Kalau di hutan sih masih banyak. Dulu bahkan ada yang pohonnya besarnya selengan tangan di Candi Angin. Tapi sekarang sudah mati. Untuk itu saya inisiatif membudidayakannya supaya tidak punah,” ungkap Rusmin.
Di masa pandemi ini, permintaan Parijoto justru meningkat. Tidak hanya buah, bibit tanamannya pun mengalami lonjakan permintaan. Sebab, tanaman asli Kabupaten Jepara yang hanya dapat dijumpai di wilayah pegunungan itu banyak mengandung vitamin baik untuk tubuh.
Rusmin mengatakan, terjadi peningkatan permintaan bibit tanaman parijoto disaat masa pandemi covid-19. Mereka yang ingin mendapatkan bibit tanaman parijoto sengaja datang ke Dukuh Duplak Desa Tempur, tempat Rusmin membudidayakan parijoto.
Untuk harga, setiap bibit tanaman Parijoto ditarif mulai Rp 25 ribu sampai ratusan ribu rupiah. Tingkat harga didasarkan pada besar kecilnya ukuran tanaman.
Tak hanya itu, ternyata buah parijoto juga banyak dicari. Harga buah parijoto tiap tangkai mulai Rp 5.000 ribu. “Katanya, buahnya diyakini baik untuk kesehatan terutama ibu hamil,” kata Rusmin.
Kasie Produksi dan usaha Hortikultura pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Zumiyarsih, mengatakan buah parijoto banyak mengandung antioksidan dan vitamin C. Sehingga baik untuk menjaga imunitas tubuh.
“Sebelum dibudidayakan, untuk mendapatkan parijoto ya, harus mencari ke lereng-lereng gunung. Seiring pariwisata Desa Tempur mulai ramai, warga mulai membudidayakannya untuk oleh-oleh wisatawan yang berkunjung,” kata Zumiarsih. (JHI-FQ)