JEPARA – Lima orang relawan saling berhimpitan tidur pulas di salah satu sisi halaman kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara (22/12/2020), siang. Mereka hanya menggelar tikar seadanya untuk melepas lelah sehabis memakamkan salah satu jenazah yang terkonfirmasi positif Covid-19.
”Teman-teman sudah biasa tidur di mana saja,” celetuk Muhammad Zainudin, salah satu relawan BPBD Jepara yang akrab disapa Potin.
Potin dan para relawan lainnya masuk dalam Komando Pasukan Pemakaman (Kopaskam). Selain relawan BPBD, pasukan ini berisi relawan-relawan lain seperti Bagana, Ansor Jepara, PP Muhammadiyah, Orari, SAR Jepara, Kokam, Ubaloka, Pramuli, LPBI NU dan dari beberapa lembaga lainnya. Butuh 15 orang dalam sekali pemakaman.
Pasukan tersebut pertama kali memakamkan jenazah yang terkonfirmasi Covid-19 pada 18 April 2020 lalu. Yaitu di Makam Mulyoharjo, Kecamatan Jepara. Hingga hari ini, pasukan masih harus memakamkan jenazah, yang dalam sehari terkadang sampai lima kali.
Kehadiran pasukan itu tak serta merta sepenuhnya disambut baik oleh masyarakat. Sebab, ada juga sebagian masyarakat yang menganggap Kopaskam justru menambah ketakutan di masa pandemi.
Potin mengungkapkan, di awal-awal pandemi, Kopaskam kerap mendapatkan kekerasan secara psikis. Beruntung, hingga saat ini mereka tidak pernah mengalami kekerasan secara fisik.
”Ya paling kita dikata-katain macam-macam. Misalnya dikatain sebagai tukang semprot, astronot, tukang ambil tawon. Bahkan pernah dikatai dengan menyebut nama-nama binatang. Tapi kita nikmati saja. Dan kita jadikan sebagai pemicu semangat untuk cepat menyelesaikan pekerjaan,” kata Potin.
Sejak ada warga yang dimakamkan dengan protokol Covid-19, sebagian masyarakat mengira proses pemakaman tidak memenuhi aturan di agama masing-masing. Terkait hal ini, Potin memastikan proses pemakaman dilakukan dengan aturan agama masing-masing. Misalnya muslim, Kopaskam selalu memakamkannya sesuai dengan syariat Islam. Sementara itu, untuk non muslim, pasukan menyerahkannya kepada tokoh agama masing-masing.
*Penguat Soliditas*
Potin mengutarakan, tugas kemanusiaan itu terkadang juga memberikan dampak baik bagi mereka. Antara lain dapat memperkuat soliditas dan solidaritas antar relawan.
Meskipun demikian, mereka juga sangat beresiko dengan kemungkinan paparan virus. Sebab, setiap hari mereka harus memakamkan jenazah-jenazah itu. Selain itu, mereka juga harus bersiap kemana saja mereka harus memakamkan.
”Kalau tengah malam, dipastikan pemakaman akan selesai sampai menjelang subuh,” imbuh Potin.
Kekhawatiran juga datang dari keluarga para relawan. Meskipun tugas pemakaman terus ada, mereka tetap berupaya untuk pulang dan melepas rindu dengan keluarga. Namun, kata Potin, sebelum pulang, mereka harus memastikan tubuhnya dalam keadaan bersih dan steril.
Potin mengaku sangat sedih ketika melihat kasus Covid-19 masih terus bertambah. Pihaknya berharap agar seluruh masyarakat sadar dan mementingkan kesehatan masing-masing. Satu-satunya cara adalah menajalankan kehidupan sehari-hari dengan protokol kesehatan. (JHI-FQ)