JEPARA – Tradisi jembul selama ini dikenal sebagai ritual wajib acara sedekah bumi Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo. Namun ketika dipentaskan dalam bentuk sendratari, Jembul Tulakan menjadi magnet luar biasa bagi para perantau asal Jepara di Jakarta dan sekitarnya. Hal ini terlihat Minggu siang (11/9), saat duta seni Jepara mementaskan sendratari Jembul Tulakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Anjungan Jawa Tengah, venue pementasan tersebut, dipenuhi ratusan orang yang datang dari beberapa kawasan di Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan dari Jepara, hadir Sekretaris Daerah Ir. Sholih.
“Pengunjung yang datang ada yang atas inisatif sendiri. Ada juga yang atas nama organisasi seperti KTJ (Komunitas Tiyang Jepara) maupun Simaharaja (Silaturahmi Mahasiswa Jepara di Jakarta),” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, Mulyaji saat usai pementasan.
Hingga pentas usai, sebagian penonton enggan beranjak dari lokasi. Usai berebut properti jembul yang semula digunakan untuk pentas, mereka berebut foto bersama para anggota duta seni asal Jepara.
Terkait dipilihnya Jembul Tulakan dalam pementasan ini, Mulyaji mempunyai alasan tersendiri. Menurutnya, Jembul Tulakan adalah tradisi yang lahir berlatar belakang sejarah Jepara. Terutama terkait dengan pertapaan Ratu Retno Kencono di Bukit Donorojo.
Digambarkan dalam pentas sendratari itu, sejarah Jepara pernah diwarnai pertapaan Ratu Retno Kencono di bukit Donorojo ketika menginginkan keadilan suci dari Sang Maha Kuasa, atas meninggalnya sang kakak Sunan Prawoto. Juga atas gugurnya sang suami Sunan Hadlirin saat diserang soreng asal Jipang Panilan usai menghadap Sunan Kudus.
Dalam sumpahnya dipertapaan itu, Retno Kencono berumpah tak akan mengenakan kebesaran kerajaan, “Yen durung isa keset jembule Arya Penangsang. Rikmaku ra bakal tak gelung yen durung tak jamas ludirane Arya Penangsang,” sumpah Retno Kencono sebagaimana digambarkan dalam sendra tari. Artinya, dia tak akan mengenakan kebesaran kerajaan. “Kalau belum bisa membersihkan kaki dengan rambutnya Arya Penangsang. Rambutku tak akan aku sanggul kalau belum aku jamas dengan darahnya Arya Penangsang.
Dari pertapaan itulah, keadilan suci didapat dari Allah SWT. Sebagai ungkapan syukur atas keadilan itu, warga Desa Tulakan menggelar sedekah bumi Jembul Tulakan setiap tahun.
Digelar bersama Dewan Kesenian Daerah (DKD) Jepara, Disparbud Jepara mempercayakan pentas sendratari, kpada penari dari SMA N 1 Donorojo. Ada juga yang berasal dari SMK Islam Jepara.
“Mereka berkolaborasi dengan seniman muda yang menggeluti seni tradisional,” kata Mulyaji.
Disparbud sengaja memilih membawa sebanyak mungkin seniman muda dari Donorojo, karena mereka lah yang memiliki ikatan emosional terdekat dengan tempat dan sejarah pertapaan ratu Kalinyamat.
Mulyaji mengaku puas dengan suguhan sendratari ini sehingga penonton sampai enggan meninggalkan lokasi meski telah selesai. Menurutnya, pentas ini memang menjadi hiburan untuk pengunjung TMII, sekaligus promosi budaya daerah.