KARIMUNJAWA – Salah satu kegiatan wisata yang mampu menarik jutaan wisatawan untuk mengunjungi Kabupaten Jepara di Kepulauan Karimunjawa adalah snorkeling atau selam permukaan. Namun sayangnya kegiatan snorkeling ini dikhawatirkan bisa merusak ekosistem laut terutama terumbu karang yang indah di taman Nasional Karimunjawa .
Camat Karimunjawa Taksin mengatakan , meskipun kerusakan belum begitu parah namun kegiatan ber-snorkeling harus mentaati serta mengedepankan aturan yang sudah ditentukan . Hal ini dilakukan untuk menjaga ekosistem laut agar tetap terjaga keindahannya .
“ Beberapa spot untuk snorkling memang sudah ada terumbu karang yang rusak , salah satu penyebabnya adalah karang karang tersebut diinjak wisatawan saat snorkeling , “ katanya pada Sabtu ( 26/9) .
Untuk mengatasi dan meminimalisir agar karang tidak semakin rusak , pihaknya menghimbau kepada wisatawan maupun pengelola biro perjalanan wisata dan guide untuk mentaati batasan batasan spot snorkeling .
“ Bagi pengelola biro perjalanan wisata dan guide harus memberikan pendampingan dan pemahaman kepada wisatawan saat snorkling. Agar tidak sembarangan menginjak karang untuk pijakan, “ himbaunya .
Sementara itu , Djati Utomo selaku pengelola biro perjalanan wisata Karimunjawa mengakui bahwa keindahan bawah laut di beberapa spot tak seindah dulu saat kunjungan wisatawan ke Karimunjawa belum begitu ramai Pihaknya juga menyayangkan ativitas senorkeling yang tanpa kontrol. Dimana, wisatawan dapat dengan leluasa menginjak karang untuk berfoto di dalam air.
“ Kalau dapet wisatawan , sebelum snorkling selalu saya sosialisasikan untuk tidak menginjak karang , selain itu saya bawa ke spot senorkeling yang karangnya sudah mati , “ Ungkap biro wisata Ranselkarimunjawa itu .
Djati menambahkan, diakui saat ini sebagian besar warga Karimunjawa memang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata. Namun, jika aset pariwisata Karimunjawa, keindahan alam terutama keindahan bawah laut Karimunjawa, tidak dijaga kelestariannya dipastikan dapat mempengaruhi kunjungan wisatawan.
“Kalau terumbu karangnya sudah rusak, apa ada wisatawan yang mau lagi datang ke Karimunjawa. Maka semestinya saat ini harus sudah mulai ada batasan dan aturan bersenorkeling,” Pungkas Djati