JEPARA – Tujuh hari sudah proses pencarian korban kecelakaan laut antara kapal cantrang milik nelayan asal Kabupaten Batang dengan sebuah kapal tangker belum menemui titik terang. Sementara itu, hari ini merupakan hari terakhir pencarian korban di perairan Jepara.
Kepala Kantor Pencarian Basarnas Semarang, Nur Yahya, mengungkan belum menemukan pertanda apapun, yang mengarah pada korban atau kapal yang dinaiki. Baik berupa barang maupun bukti-bukti lainnya.
”Ini sudah hari ke tujuh, hari terakhir pencarian, dan belum ada tanda-tanda yang ditemukan baik barang maupun segala sesuatu yang mengarah pada korban,” terang Yahya, Rabu (20/1/2021).
Selama tujuh hari terakhir, pihaknya masih melakukan pencarian korban sesuai dengan RIP (Rigit Inflatable Boat) Basarnas 01 dan 02. Yaitu pada trip perairan Kartini sampai Pulau Mandalika.
Sementara itu, dari pihak Pol Air juga melakukan penyisiran di sekitar pantai Benteng Portugis. Pencarian juga dibantu oleh kapal Hiu Macan 03 milik Kementrian Kelautan dan Perikanan.
”Hari ini kapal milik KKP menyisir dari Mandalika ke Jepara. Sekalian izin mau balik ke Semarang,” ujar Yahya.
Terkait dengan keberlangsungan pencarian, Yahya memastikan keputusan diambil hari ini. Pihaknya masih akan berkoordinasi dengan pihak keluarga korban dan dan Basarnas Semarang.
Diberitakan sebelumnya, Basarnas Jepara menerjunkan sekitar 50 personil untuk melakukan pencarian terhadap 12 nelayan yang hilang di laut lepas. Namun, petugas disulitkan tingginya gelombang air laut.
Kepala Basarnas Jepara Whisnu Yuas, menyebutkan ada tiga titik posko pencarian. Yaitu di Pelabuhan Jepara, Posko Pantai Pailus, dan Posko Pantai Bayuran.
Terkait dengan kronologi tabrakan kapal yang terbaru, Whisnu menjelaskan, pada Sabtu (9/1/2021) sekitar pukul 16.30 kapal KMN Berkah Abadi 30 GT jenis cantrang berangkat dari pelabuhan Batang dengan jumlah 14 ABK dengan tujuan ke utara Kalimantan.
Kemudian, pada Minggu (10/1/2021) jam 00.15 kapal tersebut mengalami tabrakan dengan kapal tangker berwarna merah. Kapal tangker itu dari arah Jakarta menuju Surabaya. Akibat tabrakan ini, haluan kiri kapal bocor dan tenggelam.
Sesaat kemudian, lanjut Whisnu, 14 ABK itu membuat rakit untuk menyelamatkan diri. Tiga hari kemudian, pada Selasa (12/1/2021) salah satu ABK bernama Aji Selamet Romadhon meninggal dunia. Kemudian mereka membungkus jenazah rekannya dengan karpet dan ditempatkan di tengah rakit.
”Pada Selasa (12/1/2021) sekitar sore hari, terdapat ombak besar 3 meter di lokasi tersebut. Sehingga menyebabkan jenazah terlepas dan hilang,” jelas Whisnu.
Pada hari yang sama, saat malam hari lima ABK dipimpin nahkoda memecah rakit untuk menyelamatklan diri. Mereka beranggapan melihat lampu suar PLTU Batang. Tak berselang lama, tiga ABK lainnya memisahkan diri dari rakit yang dinaiki 8 ABK.
Whisnu menambahkan, pada Rabu (13/1/2021) sekitar jam 03.00 WIB ada kapal cumi di sekitaran PLTU Jepara. selanjutnya 3 ABK memisahklan diri untuk meminta pertolongan dengan cara berteriak. Namun, saksi tak dapat melihat mereka. Sejauh ini, baru dua korban yang berhasil diselamatkan. (JHI-FQ)