Jepara – Datangnya pandemi memberikan dampak kerugian yang luar biasa bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali masyarakat di Kabupaten Jepara. Lebih-lebih sektor yang melibatkan komoditas banyak orang seperti halnya pariwisata. Sektor yang digadang-gadang menjadi tumpuan pemasukan kas daerah Jepara ini justru terkena dampak yang begitu terasa ketika pandemi tiba.
Beberapa tempat wisata yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah, kini cenderung sepi, bahkan beberapa tempat wisata andalan seperti Pantai Kartini, Pantai Tirto Samudro dan beberapa wisata di Jepara lainnya terpaksa ditutup. Akibatnya, perekonomian masayarakat yang mengandalkan sektor wisata nampak babak belur, dan tak jarang yang gulung tikar.
Beberapa diantaranya yang terkena dampak langsung dari pandemi ini adalah masyarkat sekitar obyek pariwisata. Pasalnya, biasanya masyarakat sekitar mengandalkan kunjungan wisatawan dalam kaitannya membeli dagangan dan sewa berbagai macam fasilitas yang disediakan. Sehingga pemasukan masyarakat sekitar pun menurun drastis, bahkan seringkali tak ada sama sekali.
Selain itu, yang tak kalah terdampak lantaran virus yang pertama kali muncul di Wuhan China adalah sektor transportasi dan penginapan. Para pengusaha transportasi dan perhotelan nampak kesakitan lantaran pengguna jasa mereka sepi. Tak banyak yang berani keluar rumah atau berkunjung ke luar kota di tengah pandemi yang makin hari semakin memakan banyak korban ini.
Beban ekonomi yang tinggi tanpa ditopang penghasilan yang memadai memaksa beberapa perusahaan di sektor pariwisata memotong gaji karyawannya, bahkan banyak pula yang dirumahkan. Tak ayal semakin menambah daftar panjang pengangguran di Bumi Kota Jepara. Alhasil, banyak pekerja pariwisata yang beralih profesi. Tetapi tak jarang jusru menjadi pengangguran.
Pemerintah Indonesia melalui pemerintah daerah sebenarnya sudah menyalurkan beberapa paket bantuan ekonomi untuk membantu warga yang dampak. Sayangnya, bantuan tersebut sangat terbatas, sehingga belum mampu membantu masyarakat ke luar dari krisis secara signifikan.
Konsolidasi Dampak Covid-19
Hingga kini (08/08/20) jumlah penderita covid di Jepara tercatat mencapai 1130 orang, dengan jumlah kematian mencapai 51 orang. Hal ini menjadikan kota kelahiran R.A. Kartini ini termasuk dalam kategori zona merah. Dampaknya, banyak kegiatan yang harus dibatasi di kota tersebut.
Akan tetapi bila tidak segera mengambil kebijakan yang cepat dan tepat, krisis yang sudah menimpa selama 5 bulan ke belakang ini akan semakin menjadi-jadi. Tak ayal Paguyuban Biro Wisata Jepara (PBWJ) beberapa waktu yang lalu sempat mengadakan konsolidasi dengan pemerintah supaya pariwisata tetap bisa dibuka tapi dengan protokol kesehatan yang ketat.
Dalam konsolidasi tersebut sudah dirumuskan beberapa ketentuan terkait dengan protokol kesehatan. Mulai dari syarat wisatawan yang akan berkunjung hingga teknis lainnya yang dibutuhkan. Tentu konsolidasi tersebut diharapkan memberi angin segar bagi masyarakat Jepara yang terdampak.
Selain itu, pemerintah Jepara juga didorong untuk memberikan perhatian kepada pelaku usaha di Jepara yang selama ini terdampak. Pasalnya, bagaiamanapun pelaku usaha merupakan tonggak penting roda perekonomian di Jepara.
Perekonomian memang sangat penting karena menjadi penopang bagi kehidupan. Tetapi di saat yang sama, kesehatan juga tak kalah penting. Untuk itu harapannya bila nanti kedepannya pariwasata di Jepara maupun sektor lain kembali dibuka supaya tetap mematuhi protokol kesehatan yang ditentukan. Selalu disiplin untuk menjaga kebersihan dan tak lupa untuk selalu menjaga pola hidup sehat.
Selain itu, selalu mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa dengan menjalan segala perintah-Nya, supaya selalu dalam perlindungan dan rahmat-Nya.(rif)