JEPARA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara sudah melakukan pemetaan akan potensi bencana alam. Hasilnya, sebagian besar wilayah Bumi Kartini berpotensi terhantam bencana alam.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Jepara Kusmiyanto, menerangkan bahwa musim penghujan akan berlangsung tidak akan lama lagi. Untuk itu, pihaknya sudah memetakan mana saja daerah yang berpotensi terjadi bencana alam.
Pihaknya menyebutkan, bencana yang diprediksi akan terjadi di Jepara antara lain banjir, longsor, dan angin kencang. Sementara itu, bencana alam yang sudah terjadi adalah kekeringan. Hingga bulan ini, setidaknya terdapat 1.766 keluarga yang mengalami kekeringan. Kekeringan itu tersebar di delapan desa. Yakni Desa Clering, Blingoh, Plajan, Kaliombo, Blimbingrejo, Panggung, Pendem, dan Kemojan.
Kusmiyanto menjelaskan, prediksi bencana banjir akan terjadi di Kecamatan Donorojo (Desa Jugo, Sumberrejo, Clering, dan Ujungwatu), Kecamatan Keling (Desa Bumiharjo, Kaligarang, Keling, Tunahan, Gelang, Watuaji, Kelet, Kunir, Damarwulan, Tempur), dan Kecamatan Kecamatan Kembang (Tubanan).
Bencana banjir juga dipredikisi akan melanda Kecamatan Mlonggo (Desa Karanggondang), Kecamatan Jepara (Kelurahan Ujungbatu, Pengkol, Saripan, Jobokuto, Kauman, Panggang, Bulu, Demaan, Karangkebagusan), Kecamatan Tahunan (Desa Tegalsambi, Mantingan, Telukawur, Platar, Mangunan, Semat, Petekeyan, Sukodono, Langon, Ngabul), Kecamatan Batealit (Desa Pekalongan, Bawu).
Berikutnya, banjir juga diprediksi melanda seluruh desa di Kecamatan Kedung (kecuali Desa Bugel dan Dongos), Kecamatan Pecangaan, Kecamatan Kalinyamatan, seluruh desa di Kecamatan Welahan, Kecamatan Nalumsari, Mayong dan Karimunjawa.
Sementara itu, untuk bencana longsor dan angin kencang, Kusmiyanto memprediksi akan terjadi di seluruh kecamatan di Kabupaten Jepara. ”Untuk itu semua masyarakat harus siap siaga menghadapi musim penghujan nanti,” kata dia.
Kusmiyanto mengaku, BPBD Jepara menghadapi sejumlah persoalan yang bisa saja menghambat kinerja. Yaitu terbatasnya anggaran, terbatasnya sumberdaya personil, terbatasnya sumberdaya peralatan, dan keterbatasan keahlian.
Kusmiyanto juga mengungkapkan, dalam penanganan bencana, BPBD juga terhambat persoalan yang datang dari luar tubuh BPBD. Antara lain adanya egosektoral dalam penanggulangan bencana alam, belum maksimalnya sense of responsibility dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, kurang proaktif nya masyarakat dalam upaya penanggulangan resiko bencana, dan kurangnya dukungan anggaran pengurangan resiko bencana di tingkat desa.
”Kami berharap semua elemen bisa saling bersinergi untuk menghadapi prediksi bencana-bencana alam yang mungkin terjadi,” tegas Kusmiyanto. (JHI-FQ)