JEPARA – Bupati Jepara Ahmad Marzuki menetapkan untuk Pesta Lomban tahun ini akan dilaksanakan pada Sabtu 25 Juli Sabtu 2015. Secara umum biasanya Pesta Lomban dilaksanakan pada sepekan setelah hari raya yang jatuh pada hari Jumat . Namun mengingat hari Jumat merupakan hari pendek dan mayoritas penduduk Jepara beragama Islam dan harus melaksanakan solat Jumat serta dalam prosesi lomban membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga diganti pada hari Sabtu agar tidak mengganggu umat muslim melaksanakan solat Jumat.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara Mulyaji mengatakan , segala persiapan untuk melaksanakan puncak Syawalan di Kota Ukir telah dilakukan. Seperti mempersiapkan prosesi untuk larungan dan persiapan terkait keamanan baik di laut maupun darat.
“Pada hari Jumat akan dilaksanakan kirab hewan kerbau dari TPI Ujung Batu menuju rumah pemotongan hewan di Jepara tepat pukul 07:00 pagi , yang akan diikuti 150 peserta, dari nelayan, masyarakat umum, ini dimaksudkan untuk nemambah daya tarik dan kemeriahan ” ungkapnya pada Kamis (23/7) .
Lebih lanjut Mulyaji menjelaskan , pada Jumat pukul sore diadakan ziarah kemakam Cik Lanang dikomplek Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) dan dilanjut berziarah dimakam Mbah Ronggo di Ujung Batu. Pada Jumat malamnya dilaksanakan pagelaran wayang kulit di TPI Ujung Batu .
” Kali ini mengambil lakon ” Wahyu Buga Busana “, sedangkan Sabtu siang dilaksanakan dua pagelaran wayang yakni di TPI Ujing Batu dan TPI Demaan ,” jelas Mulyaji .
Sementara untuk larungan sendiri akan dimulai Sabtu pukul 06:00 pagi dari TPI Ujung Batu menuju kesebelah utara pulau Panjang dan kembali ke Pantai Kartini . Prosesi larungan akan melibatkan 95 kapal dari beberapa daerah seperti , Mlonggo , Bangsri , Jepara bahkan beberapa kapal dari Kabupaten Demak . Saat pelarungan seluruh penumpang diwajibkan untuk mengenakan life jacket guna keamanan. Saat prosesi larungan sendiri nantinya akan menggunakan formasi kapal 1 – 4 -3 – 6 .
” Kapal utama diisi oleh Bupati dan pejabat Forkopinda, kemudian disusul dengan 4 kapal , 3 kalap dan yang terakhir 6 kapal , formasi ini merupakan sesuai dengan tahun hijriah kali ini yakni 1436 H , ” terangnya .
Dalam prosesi larungan kepala kerbau tahun ini berbeda dengan tahun tahun sebelumnya . Jika biasanya kepala kerbau beserta sesaji dilarung kemudian diperebutkan oleh nelayan , untuk tahun ini para nelayan ataupun peserta larungan dilarang untuk berenang memmperebutkan sajian yang dilarung . Hal ini semata untuk mengedepankan keselamatan para peserta larungan .
“Seekor kerbau yang telah di sembelih , dagingnya dimasak serta dibagikan kepada masyarakat , kemudian kepalanya dilarung ke tengah lautan ,Ini semata ungkapan rasa sukur kepada Tuhan yang telah memberikan hasil yang melimpah kepada nelayan, selain itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mempererat rasa kekeluargaan dengan nelayan dan semua.masyarakat, juga nguri uri kearifan lokal yang dimiliki Jepara secara turun temurun ‘, Pungkasnya .