Persoalan listrik di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara sedikit demi sedikit terus terurai. Sebab kini ada banyak alternatif yang diterapkan untuk mengatasi persoalan listrik di wilayah kepulauan terluar Jepara ini.
Selama puluhan tahun, sekitar 10 ribu warga kepulauan yang ada di Laut Jawa ini mengandalkan pasokan listrik dari enam unit pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Meski begitu, berulangkali PLTD ini mengalami masalah sehingga menganggu pasokan listrik ke rumah-rumah warga. Selain itu, karena ongkos produksi PLTD yang tinggi, harga jual listrik ke masyarakat juga melambung. Untuk tiap meter kwh pelanggan di Karimunjawa dibebani biaya hingga Rp2500,-. Padahal harga listrik dari PLN di wilayah daratan masih di bawah nominal Rp1000,- per meter kwh.
Karena tingginya biaya itu pula, tiap tahun Pemkab Jepara maupun Pemprov Jateng mengucurkan anggaran untuk subsidi listrik di Karimunjawa. Kondisi ini membuat Pemkab Jepara, Pemprov Jateng maupun PT PLN (Persero) Distribusi Jateng – DIY memutar otak untuk mengatasi persoalan ini. Dan muncullah rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) yang akan dibangun di Legonbajak, Karimunjawa. Namun PLTGU diperkirakan baru akan mulai beroperasi Maret 2015. Itupun dengan catatan ketersediaan gas dari Cepu Blora yang menjadi bahan bakar utama PLTGU tak mengalami kendala. Selain itu, gas tersebut juga bisa diangkut dengan kapal menuju PLTGU di Karimunjawa.
Terkait persoalan itu, muncul alternatif lainnya yakni pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biomass. Pembangunan PLT Biomass di Karimunjawa ini juga diproyeksikan sebagai transisi dari PLTD ke PLTGU.
“Oktober ini proses perizinan dan lain sebagainya mulai digarap oleh rekanan PLN. Setelah itu langsung proses pembangunan fisiknya. Nilai investasi PLT Biomass ini miliaran rupiah,” kata Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Setda Jepara, Edy Jatmiko kemarin Jumat (26/09) .
Di Indonesia, PLT Biomass yang sudah beroperasi berada di Desa Pongongaila, Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. PLT Biomass berkapasitas 1 x 500 KW ini beroperasi pada 21 Juli 2014 dan diresmikan langsung oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan. PLT Biomass ini menggunakan tongkol jagung sebagai bahan bakar utama.
Namun PLT Biomass di Karimunjawa tidak menggunakan tongkol jagung, namun limbah kayu mebel. Kapasitas listrik yang dihasilkan PLT Biomass ini disesuaikan dengan kebutuhan listrik Karimunjawa yang mencapai 600 KW atau 0,6 Megawatt.
Jika sudah beroperasi, kata Edy harga jual listrik PLT Biomass ini lebih murah dibanding PLTD. Jika PLTD per Kwh harganya Rp2.500, PLT Biomass ini hanya Rp2.200,-.
“Jadi lebih murah. PLT Biomass ini hanya transisi saja, tapi nanti jika PLTGU sudah beroperasi juga tidak tumpang tindih. Sebab masih bisa dioperasikan untuk kepentingan lainnya,” ucapnya.